28 Oktober 2014
sumber :
SENI BARONG

Kesenian Barong atau lebih dikenal dengan kesenian
Barongan merupakan kesenian khas Jawa Tengah. Akan tetapi dari beberapa
daerah yang ada di Jawa Tengah Kabupaten Blora lah yang secara
kuantitas, keberadaannya lebih banyak bila dibandingkan dengan Kabupaten
lainnya.
Seni Barong merupakan salah satu kesenian rakyat yang
amat populer dikalangan masyarakat Blora, terutama masyarakat pedesaan.
Didalam seni Barong tercermin sifat-sifat kerakyatan masyarakat Blora,
seperti sifat : spontanitas, kekeluargaan, kesederhanaan, kasar, keras,
kompak, dan keberanian yang dilandasi kebenaran.
Barongan dalam kesenian barongan adalah suatu
pelengkapan yang dibuat menyerupai Singo Barong atau Singa besar
sebagai penguasa hutan angker dan sangat buas.
Adapun tokoh Singobarong dalam cerita barongan
disebut juga GEMBONG AMIJOYO yang berarti harimau besar yang berkuasa.
Kesenian Barongan berbentuk tarian kelompok, yang
menirukan keperkasaan gerak seekor Singa Raksasa. Peranan Singo Barong
secara totalitas didalam penyajian merupakan tokoh yang sangat dominan,
disamping ada beberapa tokoh yang tidak dapat dipisahkan yaitu :
Bujangganong / Pujonggo Anom
Joko Lodro / Gendruwo
Pasukan berkuda / reog
Noyontoko
Untub.
Selain tokoh tersebut diatas pementasan kesenian
barongan juga dilengkapi beberapa perlengkapan yang berfungsi sebagai
instrumen musik antara lain : Kendang,Gedhuk, Bonang, Saron, Demung dan
Kempul. Seiring dengan perkembangan jaman ada beberapa penambahan
instrumen modern yaitu berupa Drum, Terompet, Kendang besar dan
Keyboards. Adakalanya dalam beberapa pementasan sering dipadukan dengan
kesenian campur sari.
Kesenian barongan bersumber dari hikayat Panji, yaitu
suatu cerita yang diawali dari iring-iringan prajurit berkuda mengawal
Raden Panji Asmarabangun / Pujonggo Anom dan Singo Barong.
Adapun secara singkat dapat diceritakan sebagai berikut :
Prabu Klana Sawandana dari Kabupaten Bantarangin
jatuh cinta kepada Dewi Sekartaji putri dari Raja Kediri, maka
diperintahlah Patih Bujangganong / Pujonggo Anom untuk meminangnya.
Keberangkatannya disertai 144 prajurit berkuda yang dipimpin oleh empat
orang perwira diantaranya : Kuda Larean, Kuda Panagar, Kuda Panyisih dan
Kuda sangsangan. Sampai di hutan Wengkar rombongan Prajurit Bantarangin
dihadang oleh Singo Barong sebagai penjelmaan dari Adipati Gembong
Amijoyo yang ditugasi menjaga keamanan di perbatasan. Terjadilah
perselisihan yang memuncak menjadi peperangan yang sengit. Semua
Prajurit dari Bantarangin dapat ditaklukkan oleh Singo Barong, akan
tetapi keempat perwiranya dapat lolos dan melapor kepada Sang Adipati
Klana Sawandana. Pada saat itu juga ada dua orang Puno Kawan Raden Panji
Asmara Bangun dari Jenggala bernama Lurah Noyontoko dan Untub juga
mempunyai tujuan yang sama yaitu diutus R. Panji untuk melamar Dewi
Sekar Taji. Namun setelah sampai dihutan Wengker, Noyontoko dan Untub
mendapatkan rintangan dari Singo Barong yang melarang keduanya utuk
melanjutkan perjalanan, namun keduanya saling ngotot sehingga terjadilah
peperangan. Namun Noyontoko dan Untub merasa kewalahan sehingga
mendatangkan saudara sepeguruannya yaitu Joko Lodro dari Kedung
Srengenge. Akhirnya Singo Barong dapat ditaklukkan dan dibunuh. Akan
tetapi Singo Barong memiliki kesaktian. Meskipun sudah mati asal
disumbari ia dapat hidup kembali. Peristiwa ini kemudian dilaporkan ke
R. Panji, kemudian berangkatlah R. Panji dengan rasa marah ingin
menghadapi Singo Barong. Pada saat yang hampir bersamaan Adipati Klana
Sawendono juga menerima laporan dari Bujangganong ( Pujang Anom ) yang
dikalahkan oleh Singo Barong. Dengan rasa amarah Adipati Klana Sawendada
mencabut pusaka andalannya, yaitu berupa Pecut Samandiman dan
berangkat menuju hutan Wengker untuk membunuh Singo Barong. Setelah
sampai di Hutan Wengker dan ketemu dengan Singo Barong, maka tak
terhindarkan pertempuran yang sengit antara Adipati Klana Sawendana
melawan Singo Barong. Dengan senjata andalannya Adipati Klana Sawendana
dapat menaklukkan Singo Barong dengan senjata andalannya yang berupa
Pecut Samandiman. Singo Barong kena Pecut Samandiman menjadi lumpuh tak
berdaya.
Akan tetapi berkat kesaktian Adipati Klana Sawendana
kekuatan Singo Barong dapat dipulihkan kembali, dengan syarat Singo
Barong mau mengantarkan ke Kediri untuk melamar Dewi Sekartaji. Setelah
sampai di alun-alun Kediri pasukan tersebut bertemu dengan rombongan
Raden Panji yang juga bermaksud untuk meminang Dewi Sekartaji.
Perselisihanpun tak terhindarkan, akhirnya terjadilah perang tanding
antara Raden Panji dengan Adipati Klana Sawendano, yang akhirnya
dimenangkan oleh Raden Panji. Adipati Klana Sawendana berhasil dibunuh
sedangkan Singo Barong yang bermaksud membela Adipati Klana Sawendana
dikutuk oleh Raden Panji dan tidak dapat berubah wujud lagi menjadi
manusia ( Gembong Amijoyo ) lagi. Akhrnya Singo Barong Takhluk dan
mengabdikan diri kepada Raden Panji, termasuk prajurit berkuda dan
Bujangganong dari Kerajaan Bantarangin.
Kemudian rombongan yang dipimpin Raden Panji
melanjutkan perjalanan guna melamar Dewi Sekartaji. Suasana arak-arakan
yang dipimpin oleh Singo Barong dan Bujangganong inilah yang menjadi
latar belakang keberadaan kesenian Barongan.
SENI TAYUB
Tayuban merupakan salah satu seni
kebudayaan yang ada di Blora. Berdasarkan keterangan-keterangan yang
dapat dikumpulkan, perkataan Tayuban berasal dari kata Tayub, yang
menurut keroto boso adalah ringkasan dari kata "ditoto guyub" dan itu
adalah bahwa didalam penyajian seni tayuban gerak tari para penari serta
gending iringannya diatur bersama supaya serempak berdasarkan
kesepakatan dari para pemain ( penari dan penabuh ) dengan para
penonton. Sehingga terwujudlah suatu keakraban dan persaudaraan. Seni
Tayuban menggambarkan penyambutan para tamu atau pimpinan yang dihormati
oleh masyarakat menurut jenjang kepangkatan mereka masing-masing.
Penyambutan itu oleh para pemain wanita yang disebut joget dengan cara
menyerahkan sampur ( selendang yang dipakai penari wanita ) atas
petunjuk pengarih. Tamu yang menerima sampur atau istilah "ketiban
sampur" mendapatkan kehormatan untuk menari bersama-sama dengan joget.
Didalam kelompok seni pertunjukan,
tayuban dapat digolongkan tari rakyat tradisional, sifat kerakyatan
sangat menonjol, tampak sebagai gambaran dari jiwa masyarakat
pendukungnya, yaitu masyarakat pedesaan yang umum dijumpai diwilayah
Kabupaten Blora, seperti sifat spontanitas, kekeluagaan, kesederhanaan,
sedikit kasar, namun penuh rasa humor.
Sebagaimana ciri khas tari ini yang
sudah memasyarakat, maka Tayuban sudah menyebar hampir seluruh Kabupaten
Blora. Seni Tayuban pada umumnya dipentaskan pada upacara adat yaitu
sedekah desa, sedekah bumi atau upacara adat lain. Juga pada orang punya
kerja, memenuhi nadar, khitanan,perkawinan dan sebagainya.
makasih.
BalasHapuskos